Pengertian Zodiak



Zodiak berasal dari kata dalam bahasa Yunani Zoodiacos Cyclos Yang artinya Lingkaran Hewan.

Lingkaran Ekliptika

Di bola langit terdapat garis khayal yang disebut dengan lingkaran ekliptika. Jika diamati dari bumi, semua benda tatasurya (planet, Bulan dan Matahari) beredar dilangit mengelilingi lingkaran ekliptika. Keistimewaan dari keduabelas zodiak dibanding rasi bintang lainnya adalah semuanya berada di wilayah langit yang memotong lingkaran ekliptika. Jadi dapat disimpulkan zodiak adalah semua rasi bintang yang berada disepanjang lingkaran ekliptika. Rasi-rasi bintang tersebut adalah:
  1. Capricornus: Kambing laut, Matahari berada di depan rasi ini selama 21 Jan – 16 Feb (26 hari)
  2. Aquarius: Pembawa Air, Matahari berada di depan rasi ini selama 16 Feb – 11 Mar (24 hari)
  3. Pisces: Ikan, Matahari berada di depan rasi ini selama 11 Mar – 18 Apr (38 hari)
  4. Aries: Domba, Matahari berada di depan rasi ini selama 18 Apr – 13 Mei (25 hari)
  5. Taurus: Kerbau, Matahari berada di depan rasi ini selama 13 Mei – 22 Jun (40 hari)
  6. Gemini: Si Kembar, Matahari berada di depan rasi ini selama 22 Jun – 21 Jul (29 hari)
  7. Cancer: Kepiting, Matahari berada di depan rasi ini selama 21 Jul – 10 Ags (20 hari)
  8. Leo: Singa, Matahari berada di depan rasi ini selama 10 Ags – 16 Sep (37 hari)
  9. Virgo: Gadis Perawan, Matahari berada di depan rasi ini selama 16 Sep – 31 Okt (45 hari)
  10. Libra: Timbangan, Matahari berada di depan rasi ini selama 31 Okt – 23 Nov (23 hari)
  11. Scorpius: Kalajengking, Matahari berada di depan rasi ini selama 23 Nov – 29 Nov (6 hari)
  12. Ophiuchus: Pawang Ular, Matahari berada di depan rasi ini selama 29 Nov – 18 Des (19 hari)
  13. Sagitarius : Si Pemanah, Matahari berada di depan rasi ini selama 18 Des – 21 Jan (34 hari)
Astrologi adalah ilmu yang menghubungkan antara gerakan benda-benda tatasurya (planet, bulan dan matahari) dengan nasib manusia. Karena semua planet, matahari dan bulan beredar di sepanjang lingkaran ekliptik, otomatis mereka semua juga beredar di antara zodiak. Ramaalan astrologi didasarkan pada kedudukan benda-benda tatasurya di dalam zodiak.
Seseorang akan menyandang tanda zodiaknya berdasarkan kedudukan matahari di dalam zodiak pada tanggal kelahirannya. Misalnya, orang yang lahir awal desember akan berzodiak Sagittarius, Karena pada tanggal tersebut Matahari berada di wilayah rasi bintang Sagittarius. Kedudukan Matahari sendiri dibedakan antara waktu tropikal dan waktu sideral yang menyebabkan terdapat dua macam zodiak, yaitu zodiak tropikal dan zodiak sideral. Sebagian besar astrologer Barat menggunakan zodiak tropikal.ru-sib:Зодиак
credit : wikipedia
»»  READMORE... Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Galaksi Bimasakti


Terdapat banyak bintang, nebula, dan gugus bintang yang bisa diamati di langit setiap malamnya. Semua objek tersebut berada di dalam galaksi kita. Di beberapa bagian bintang nampak padat sehingga ketika langit cerah, bersih dari awan, dan kondisi sekitar yang gelap, kita bisa melihat pita berwarna putih yang memanjang dan melintasi beberapa rasi seperti Sagittarius (arah pusat Galaksi), Scorpius, Ophiucus, Aquila, Cassiopeia, Auriga, Crux, dan Centaurus. Sementara di bagian yang lain tampak celah-celah gelap yang menunjukkan adanya materi antar bintang yang tebal. Itulah (bidang) galaksi yang kita tinggali. Bentuknya yang seperti itu kemudian menginspirasi orang untuk menamakannya dengan sebutan Milky Way. Kata galaksi dan milky way itu sendiri diadaptasi dari bahasa Yunani “galaxias” dan Latin “via lactea” dengan kata dasar lactea yang berarti susu. Sedangkan menurut orang Indonesia, galaksi kita diberi nama Bimasakti. Menurut salah satu sumber dari Observatorium Bosscha, sejarah penamaan ini berasal ketika Presiden RI pertama, Soekarno, ditunjukkan citra galaksi oleh salah seorang astronom Indonesia. Ternyata, Soekarno melihat salah satu bagian gelap di foto tersebut menyerupai tokoh Bima Sakti. Namun tidak diketahui bagian gelap mana yang dimaksud.
Galaksi Bimasakti dilihat dari Bumi (Sumber: eso.org)
Galaksi Bimasakti dilihat dari Bumi (Sumber: eso.org)
Galaksi adalah tempat berkumpulnya bintang-bintang di alam semesta. Hampir tidak ditemukan adanya bintang yang berkelana sendiri di ruang antar galaksi. Dan Matahari termasuk di antara 200 milyar bintang di Galaksi Bimasakti (disingkat dengan Galaksi). Dengan asumsi bahwa rata-rata massa bintang di Galaksi adalah sebesar massa Matahari, maka massa Galaksi dapat mencapai 2 x 10^11 massa Matahari (massa Matahari adalah 2 x 10^30 kg).
Bentuk galaksi Bimasakti seperti dua buah piring cekung yang ditangkupkan, bagian tengahnya tebal dan semakin pipih ke arah tepi, dan terdapat lengan-lengan spiral di dalamnya. Oleh karena itu Galaksi kita digolongkan ke dalam galaksi spiral. Berdasarkan klasifikasi galaksi Hubble, galaksi Bimasakti termasuk dalam kelas SBbc. Artinya, Galaksi kita adalah galaksi spiral yang memiliki “bar” atau palang di bagian pusatnya, dengan kecerlangan bagian pusat yang relatif sama dengan bagian piringan, dan memiliki struktur lengan spiral yang agak renggang di bagian piringannya.
Gambaran Galaksi Bimasakti Terbaru
Gambaran Galaksi Bimasakti terbaru (Sumber: NASA/JPL-Caltech)
Galaksi spiral tersusun atas 3 bagian utama, yaitu bagian bulge, halo, dan piringan. Ketiganya memiliki bentuk, ukuran, dan objek penyusun yang berbeda-beda. Bahkan, bagian bulge dan piringan menjadi penentu dalam klasifikasi galaksi yang dibuat oleh Hubble (diagram garpu tala).
Bagian bulge adalah daerah di galaksi yang kepadatan bintangnya paling tinggi. Bintang-bintang tua lebih banyak ditemukan daripada bintang muda, karena sangat sedikit materi pembentuk bintang yang terdapat di sini. Bulge ini berbentuk elipsoid seperti bola rugby. Bintang-bintang di dalamnya bergerak dengan kecepatan tinggi dan orbit yang acak, tidak sebidang dengan bidang galaksi. Dari perhitungan kecepatan orbit bintang-bintang di dalamnya, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat sebuah benda bermassa sangat besar yang berada di pusat Galaksi yang jauh lebih besar daripada perkiraan sebelumnya. Benda tersebut diyakini adalah sebuah lubang hitam supermasif, yang diperkirakan terdapat di bagian pusat semua galaksi spiral. Termasuk juga di galaksi Andromeda, galaksi spiral terdekat dari Galaksi kita.
Komponen kedua adalah halo. Berbentuk bola, ukuran komponen ini sangat besar hingga jauh membentang melingkupi bulge dan piringan, bahkan mungkin lebih jauh daripada batas terluar piringan galaksi yang bisa kita amati. Objek yang menjadi penyusun halo dibagi menjadi dua kelompok, yaitu stellar halo dan dark halo. Yang dimaksud dengan stellar halo adalah bintang-bintang yang berada di bagian halo. Namun hanya sedikit ditemukan bintang individu di bagian ini. Yang lebih dominan adalah kelompok bintang-bintang tua yang jumlah bintang anggotanya mencapai jutaan buah, yang disebut dengan gugus bola (globular cluster).
Di bagian piringan terdapat bintang-bintang muda serta gas dan debu antar bintang yang terletak di lengan spiral. Banyak ditemukannya bintang muda dan gas antar bintang sangat berkaitan erat, karena gas adalah materi utama pembentuk bintang. Di beberapa lokasi bahkan ditemukan bintang-bintang muda yang masih diselimuti gas, yang menandakan bahwa bintang-bintang tersebut baru terbentuk. Sedangkan banyaknya debu di piringan membuat pengamat di Bumi kesulitan untuk melakukan pengamatan visual di sekitar bidang Galaksi, terutama ke arah pusat Galaksi (lihat gambar di atas). Karenanya, pengamatan di sekitar bidang Galaksi akan memberikan hasil yang lebih baik jika dilakukan di daerah panjang gelombang radio dan infra merah yang tidak terpengaruh oleh debu antar bintang (lihat gambar di bawah).
Bimasakti dalam infra merah dekat
Galaksi Bimasakti dalam panjang gelombang infra merah dekat (Sumber: NASA-LAMBDA)
Seberapa besar Galaksi kita? Di bagian pusat Galaksi, bulge hanya memiliki diameter 6 kpc dan tebal 4 kpc (kpc = kiloparsek, 1 parsek = 3,26 tahun cahaya = 206265 SA = 3,086 x 10^13 km). Jarak dari pusat hingga ke bagian tepi Galaksi (jari-jari) adalah 15 kpc dengan ketebalan rata-rata sebesar 300 pc. Sedangkan Matahari berada pada jarak 8 kpc dari pusat. Di posisi itu, Matahari sedang bergerak mengelilingi pusat Galaksi dengan bentuk orbit yang hampir melingkar. Laju orbitnya adalah sekitar 250 km/detik sehingga matahari memerlukan waktu 220 juta tahun untuk berkeliling satu kali. Jika umur matahari adalah 4,6 milyar tahun, berarti tata surya kita sudah mengorbit pusat Galaksi sebanyak 20 kali.
Galaksi kita sebenarnya berada pada sebuah kelompok galaksi yang disebut dengan Grup Lokal, yang ukurannya mencapai 1 MPc dan beranggotakan lebih dari 30 galaksi. Galaksi spiral yang ada di kelompok ini hanya tiga, yaitu Bimasakti, Andromeda, dan Triangulum. Sisanya adalah galaksi yang lebih kecil dengan bentuk elips atau tak beraturan. Grup Lokal ini termasuk kelompok galaksi yang dinamis. Maksudnya adalah bahwa galaksi-galaksi di kelompok ini mengalami interaksi gravitasi, termasuk Galaksi kita dengan galaksi Andromeda. Interaksi tersebut diperkirakan akan mengakibatkan terjadinya tabrakan antara Galaksi kita dengan Andromeda dan kemudian membentuk galaksi elips. Namun jangan terlalu khawatir karena peristiwa tersebut tidak akan terjadi hingga 2 milyar tahun lagi.
»»  READMORE... Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kapankah astronomi mulai tidak sama dengan astrologi?

Bagi seseorang yang mengaku belajar astronomi, tidak jarang terjadi ada orang yang minta diramalkan nasibnya, seraya mengatakan bahwa bintangnya adalah X dan meminta supaya dibaca peruntungannya di masa datang. Kebanyakan hanya bercanda saja untuk membuat si astronom kesal, namun tidak sedikit pula yang serius, mengira bahwa astronomi adalah bidang studi untuk mempelajari cara-cara meramalkan masa depan berdasarkan posisi benda-benda langit.
Bercanda ataupun tidak, mempertukarkan astronomi (modern) dengan astrologi adalah cara mudah untuk meruntuhkan mood saya. Kredo astrologi, yaitu bahwa posisi dan pergerakan benda langit punya pengaruh terhadap kehidupan manusia, kini sudah tidak sesuai dengan fakta observasi bahwa hukum-hukum alam berlaku universal dan tidak punya preferensi khusus pada kemanusiaan.
Rasi waluku (di Barat dikenal dengan nama Orion) memiliki peranan penting dalam pranoto mongso Jawa. Terbitnya Orion di waktu Subuh adalah penanda bagi petani untuk mulai membajak sawah dan bercocok tanam. Kredit foto: Emanuel Sungging Mumpuni
Namun demikian saya tidak menafikan kenyataan bahwa tiga setengah abad lalu dan masa-masa sebelumnya, astronomi dan astrologi adalah barang yang kurang lebih sama. Kemampuan membaca posisi pergerakan benda langit adalah keahlian yang harus dikuasai hampir semua orang. Hal ini ada kaitannya sebagian besar dengan penggunaan benda-benda langit untuk menentukan waktu, misalnya Matahari dan Bulan, dan juga penentuan posisi di Bumi. Petani membutuhkan keahlian astronomi untuk mengetahui kapan waktu bercocok tanam dan panen, pelaut membutuhkan keahlian astronomi untuk menentukan posisi dan arah berlayar, arsitek untuk menentukan arah mata angin, dan pemburu untuk menentukan waktu dan posisi.
Bandingkan dengan kehidupan modern. Berapa di antara kita yang sanggup mengenali rasi bintang dan menentukan arah dan jam berdasarkan posisi benda langit? Di mana bintang kutub atau salib selatan? Benda itu bintang atau planet? Di jaman modern, waktu telah dihitung dengan bantuan jam dan standardisasi zona waktu, posisi dan arah telah dihitung oleh GPS atau kompas, dan hari-hari telah ditentukan oleh kalender. Bagi manusia modern, astronomi adalah sesuatu yang terlepas dari kehidupan sehari-hari, namun bagi manusia satu milenium lalu, astronomi adalah bagian dari kehidupan sehari-hari.
Karena dekatnya benda-benda langit dalam kehidupan sehari-hari manusia di jaman lama, wajarlah bila ide bahwa benda-benda langit mempengaruhi kehidupan mereka adalah sesuatu yang masuk di akal mereka. Di bawah paradigma inilah kosmologi Aristoteles dikembangkan. Aristoteles mengatakan bahwa Bumi yang tak bergerak di tempatnya adalah pusat alam semesta dan langit (didefinisikan sebagai Bulan dan apapun di atasnya, termasuk matahari, planet-planet, dan bintang-bintang) memiliki hukum alamnya sendiri yang berbeda dengan hukum alam di Bumi (disebut juga daerah sublunar yaitu daerah di bawah Bulan). Daerah sublunar tersusun atas empat elemen dasar (air, api, tanah, dan udara) yang selalu berubah bentuk satu sama lain, sementara di luar daerah sublunar terkandung aether yang kekal.
Seorang astronom pada masa pra-teleskop sedang mengukur posisi bintang dengan sebuah tongkat silang. Di sekitarnya terserak alat bantu lain, antara lain dua buah orrery (bola langit mekanis) di kiri-kanan sang astronom dan sebuah astrolabe tergeletak di lantai sebelah kiri. Ilustrasi oleh George Billerger.
Kosmologi Aristoteles mendominasi cara pandang orang terpelajar Eropa selama dua millenium. Menurut Aristoteles, semua yang terjadi di daerah sublunar disebabkan dan ditentukan oleh apa-apa yang terjadi di langit. Di dalam paradigma inilah astrologi memperoleh tempatnya di dalam kesadaran masyarakat terdidik masa lalu.
Menafsirkan posisi dan arah pergerakan benda-benda langit untuk membaca masa depan menjadi sesuatu yang penting, terutama bagi mereka yang berkuasa. Mempekerjakan astrolog kerajaan adalah sebuah kebutuhan. Astronomi sebagai ilmu ukur posisi bintang dan planet dapat berkembang pesat juga adalah karena kebutuhan ini. Posisi bintang dan planet harus diukur dengan teliti, semakin teliti semakin baik supaya tafsir yang dibuat semakin baik. Posisi mereka di masa depan harus bisa diprediksikan dengan baik, semakin tepat prediksinya semakin baik supaya ramalan yang dihasilkan semakin tepat. Model geosentrik yang dibuat Ptolomeus mampu menghitung posisi planet-planet untuk waktu kapanpun dengan akurat, dan mampu menghasilkan tabel-tabel posisi planet-planet yang memberikan posisi planet pada waktu kapanpun. Kitab Almagest adalah modal penting seorang astrolog kerajaan untuk menafsirkan posisi benda-benda langit dan meramalkan masa depan.
Karena pentingnya posisi astronomi inilah, maka dalam kurikulum universitas di abad pertengahan, astronomi adalah mata kuliah yang harus dikuasai seorang mahasiswa. Pada abad ke 12 dan 13, di Universitas Paris (dan juga universitas-universitas lain di Eropa) misalnya, seorang mahasiswa pertama-tama harus lulus Trivium yaitu tiga serangkai mata kuliah Tata Bahasa, Logika, dan Retorika (Seni Berpidato), dilanjutkan dengan Quadrivium yaitu empat serangkai mata kuliah Aritmetika, Geometri, Musik, dan Astronomi. Tentu saja di abad pertengahan pendidikan tinggi adalah sebuah kemewahan yang hanya bisa dinikmati lapisan teratas masyarakat.
Astronomi dianggap penting sehingga harus menjadi mata kuliah wajib di universitas, juga adalah karena paradigma bahwa benda-benda langit berperan penting dalam kehidupan manusia. Semua orang harus tahu cara mengetahui posisi benda-benda langit. Bahkan ilmu kedokteran pada abad itu pun bersandar pada astronomi untuk mengetahui sebab musabab penyakit. Dapatkah kita membayangkan dokter kita mengkonsultasikan peta langit dan tabel posisi planet-planet sambil mendiagnosis penyakit kita? Bagi manusia modern hal ini mungkin terasa absurd tapi beginilah jawaban seorang profesor fakultas kedokteran Universitas Paris ketika ditanya Raja Perancis mengenai sebab musabab Wabah Hitam di tahun 1348–9:
Wabah ini disebabkan karena adanya konjungsi penting tiga planet-planet terluar di rasi Aquarius, yang bersama-sama konjungsi lain dan juga gerhana, adalah penyebab pengotoran udara dan juga tanda-tanda kematian, wabah kelaparan, dan bencana-bencana lainnya.
Mereka juga melanjutkan:
Konjungsi Saturnus dan Jupiter menyebabkan kematian rakyat dan pengurangan penduduk … konjungsi Mars dan Jupiter menimbulkan pengaruh jahat di udara.
Seorang dokter abad pertengahan sedang memeriksa air seni pasiennya. Dokter pribadi Anda mungkin tidak akan memeriksa Anda, melainkan akan mendiagnosis menyakit Anda berdasarkan air seni Anda dan posisi planet-planet. Kredit: Perpustakaan Nasional Perancis, (BNF, FR 135, fol. 223)
Kesegarisan planet-planet ini diduga menyebabkan pengotoran udara (miasma) yang kemudian akan dihirup oleh manusia dan berakibat pada rusaknya keseimbangan cairan tubuh. Kesehatan individu dan masyarakat diduga dipengaruhi oleh konjungsi planet-planet dan fase bulan. Konsep mengenai bakteri, infeksi, dan penularan penyakit adalah sesuatu yang asing pada jaman itu dan tidak akan dikembangkan sampai lima abad kemudian. Pengucuran darah (bloodletting), sebuah praktik kedokteran yang umum dilakukan pada masa itu, dapat menguntungkan pada fase bulan tertentu, namun tidak pada waktu-waktu lain. Kapan seorang pasien akan sembuh ditentukan dari bagaimana posisi planet-planet pada saat ia jatuh sakit. Teks-teks medis yang lebih tua mengatakan bahwa pergerakan planet-planet tertentu mengendalikan organ-organ tubuh tertentu: Merkurius mengatur kerja otak, Jupiter mengatur lever, dan seterusnya.
Anatomi manusia dan zodiak yang mengatur kerja organ tubuh. Pada jaman pertengahan, orang menduga kerja tubuh manusia diatur oleh posisi rasi dan planet. Oleh karenanya dokter harus paham astronomi dan juga astrologi. Ini adalah ilustrasi dari manuskrip Très Riches Heures du Duc de Berry, salah satu manuskrip terpenting dari abad 15.
Buku-buku teks kedokteran dari abad pertengahan penuh dengan instruksi-instruksi seperti demikian, sebuah diagnosis yang bersandarkan pada astrologi, numerologi, kesalahan konsep tentang cara kerja tubuh manusia, pengalaman langsung, dan kabar burung. Orang yang sinis mungkin akan mengatakan bahwa dokter abad pertengahan tidak tahu apa-apa mengenai ilmu kedokteran, namun pemaparan di atas mengenai cara kerja seorang dokter abad pertengahan berdasarkan astrologi justru menunjukkan sebaliknya: dokter abad pertengahan tahu banyak mengenai ilmu kedokteran, hanya saja paradigma ilmu kedokteran abad pertengahan sangatlah berbeda dengan ilmu kedokteran masa kini. Dokter dan ahli bedah abad pertengahan tidak hanya dibayar mahal namun juga memiliki pengetahuan yang luas dan pengalaman yang banyak. Tidak jauh berbeda dengan dokter dan ahli bedah masa kini. Hanya saja perbedaannya, sayangnya, adalah bahwa pengetahuan dan pengalaman seorang dokter abad pertengahan tidak akan banyak membantu penyembuhan kita. Beberapa pengetahuan dan pengalaman ini tidak hanya berbahaya namun juga mematikan.
Pemaparan di atas adalah salah satu gambaran mengenai lekatnya peran astrologi dalam masyarakat. Dokter abad pertengahan harus paham astronomi apabila ia ingin bekerja, pun juga halnya dengan orang-orang yang menempuh pendidikan tinggi. Bila Anda adalah seorang yang hidup di abad pertengahan dan Anda berkenalan dengan seseorang yang paham astronomi, adalah wajar apabila Anda meminta nasihatnya mengenai masa depan (apalagi apabila Anda punya legitimasi untuk itu, misalnya Anda adalah Raja Inggris).
Nicolaus Copernicus, seorang padri Polandia, berpikir bahwa Matahari seharusnya menjadi pusat alam semesta dan bukan Bumi. Foto ini adalah wajah Copernicus pada usia 70 tahun, berdasarkan rekonstruksi forensik terhadap tengkorak Copernicus yang ditemukan arkeolog
Pergeseran paradigma Aristoteles mulai terjadi ketika Nicolaus Copernicus menerbitkan bukunya, De revolutionibus orbium coelestium (Mengenai Revolusi Bola-bola Langit). Di dalam buku ini Copernicus menawarkan paradigma baru bahwa pusat tata surya adalah Matahari dan bukan Bumi, serta cara-cara menghitung posisi benda langit berdasarkan paradigma ini. Copernicus meninggal tepat pada saat buku ini keluar dari percetakan, namun buku ini dibaca oleh intelektual pada masa itu walaupun pandangan Copernicus diterima hanya sebatas wacana. Generasi selanjutnya, Galileo Galilei, melakukan serangkaian percobaan yang menunjukkan ketidaktepatan fisika Aristoteles. Namun usaha Galileo untuk mempromosikan paradigma Copernicus berujung pada pengadilannya oleh Dewan Inkuisisi Vatikan dan ditetapkannya ia sebagai tahanan rumah sepanjang hidupnya. Kegagalan Galileo terjadi tidak hanya karena ketidakmauan Vatikan untuk mengubah paradigmanya tetapi juga karena Galileo hanya memberikan analogi sebagai argumentasinya dan bukan bukti-bukti kuantitatif yang dapat mendukung paradigma Copernicus.
Sementara itu, pada masa yang kurang lebih sama, di Eropa utara hidup Johannes Kepler dan Tycho Brahe. Sebagai ahli matematika, Kepler percaya bahwa hukum alam bisa dijelaskan secara matematis dan bahwa orbit benda-benda langit bisa dinyatakan sebagai orbit berbentuk lingkaran yang garis tengahnya sebanding dengan ukuran sebuah segi-banyak (poligon) yang sisi-sisinya menyentuh lingkaran tersebut. Model Kepler gagal memprediksi posisi benda-benda langit. Namun di hadapan data-data astronomi, Kepler tua berbeda dengan Kepler muda. Kepler tua membuang konsepsinya semasa muda dan, berdasarkan data-data astronomi yang dikumpulkannya, memformulasikan tiga hukum pergerakan planet yang kemudian dinamakan Hukum Kepler.
Johannes Kepler bekerja sebagai astrolog dan banyak menerbitkan tabel-tabel prediksi posisi benda langit. Namun prediksi yang didasarkan pada model heliosentrik Ptolomeus ini semakin jauh dari kenyataan yang diamatinya. Lukisan ini dibuat pada tahun 1610, pada masa hidup Kepler, oleh pelukis tak dikenal.
Namun sebelum itu, Kepler juga adalah seorang astrolog yang bekerja untuk Jenderal Wallenstein, seorang penguasa perang dari Bohemia. Orang yang di kemudian hari mempekerjakannya, Tycho Brahe, seorang bangsawan Denmark, dianggap sebagai pengamat astronomi terbaik pada jamannya, juga mempraktikkan astrologi kepada teman-temannya. Namun kedua orang ini, Kepler dan Tycho, sama-sama gelisah dengan teknik-teknik astrologi kontemporer. Keduanya masih berpegang pada paradigma Aristoteles bahwa benda langit mempengaruhi kehidupan manusia, namun keduanya tidak paham bagaimana persisnya pengaruh ini bekerja. Model astronomi Ptolomeus juga kian hari kian tidak akurat di hadapan data-data astronomi yang mereka ukur selama hidup mereka. Model geosentris mulai menunjukkan kelemahannya: model ini tidak lagi tepat dalam meramalkan posisi benda-benda langit. Dengan berbekal data pengamatan Tycho Brahe, Kepler berhasil menurunkan tiga hukum pergerakan Planet yang mulai mengubah pandangan orang tentang cara kerja alam semesta.
Dengan merumuskan hukum geraknya, Isaac Newton menyatukan hukum alam yang berlaku di Bumi dan yang berlaku di langit. Ilustrasi ini merupakan simbolisasi olah pikir Newton mendeskripsikan dunia, karya seniman Inggris, William Blake.
Usaha untuk menyatukan hukum alam di Bumi dengan hukum alam di langit dilakukan dengan sukses oleh Isaac Newton. Setelah merumuskan hukum geraknya yang termashur, selanjutnya Newton menerapkan ketiga hukum geraknya pada pergerakan benda-benda langit. Dengan mengasumsikan adanya gaya gravitasi yang bersifat universal (i.e. serbasama di langit maupun di Bumi), ia berhasil menurunkan hukum pergerakan planet yang bentuknya sama dengan ketiga Hukum Kepler. Tidak hanya itu, keberadaan gaya gravitasi juga menjelaskan mengapa benda jatuh ke Bumi dan seberapa cepat benda yang dijatuhkan ke Bumi akan jatuh. Hukum Newton punya kemampuan prediksi yang kuat, dan mampu menjelaskan fenomena orbit Bumi mengitari Matahari dan juga fenomena jatuhnya benda ke tanah dalam paradigma yang sama. Dengan melakukan berbagai eksperimen di Bumi dan juga menghadapkan Hukum Newton pada data-data pengamatan astronomi, orang membuktikan bahwa Hukum Newton memang berlaku di mana-mana, di langit maupun di Bumi. Berbekal Hukum Newton, Edmond Halley dapat menghitung orbit sebuah komet yang ia prediksikan akan mendekati matahari setiap 76 tahun sekali, sebuah prediksi yang terbukti benar dan komet itu kemudian dinamakan Komet Halley.
Dengan dirumuskannya ketiga hukum gerak Newton, lengkaplah pergeseran paradigma dari fisika Aristoteles ke arah Mekanika Newton. Pengamatan Kepler dan teori Mekanika Newton menunjukkan bahwa hukum alam yang berlaku di Bumi ternyata sama dengan yang berlaku di langit, hukum alam ternyata bersifat universal. Astronomi sebagai salah satu cabang sains kini menemukan pijakan yang baru, yaitu teori-teori fisika. Dengan adanya pijakan yang baru ini ia semakin menjauh dari astrologi. Pengukuran dan pengamatan benda-benda langit kini tidak lagi dilakukan untuk meramal nasib manusia, tetapi untuk memahami bagaimana alam bekerja.
``Seorang padri abad pertengahan bercerita bahwa ia telah menemukan titik di mana langit dan Bumi bersentuhan...'' Sebuah ilustrasi dari buku Camille Flammarion, L'atmosphère: météorologie populaire (Atmosfer: Meteorologi populer).
»»  READMORE... Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Astronomi ialah cabang ilmu alam yang melibatkan pengamatan benda-benda langit (seperti halnya bintang, planet, komet, nebula, gugus bintang, atau galaksi) serta fenomena-fenomena alam yang terjadi di luar atmosfer Bumi (misalnya radiasi latar belakang kosmik (radiasi CMB)). Ilmu ini secara pokok mempelajari pelbagai sisi dari benda-benda langit — seperti asal-usul, sifat fisika/kimia, meteorologi, dan gerak — dan bagaimana pengetahuan akan benda-benda tersebut menjelaskan pembentukan dan perkembangan alam semesta.


Astronomi sebagai ilmu adalah salah satu yang tertua, sebagaimana diketahui dari artifak-artifak astronomis yang berasal dari era prasejarah; misalnya monumen-monumen dari Mesir dan Nubia, atau Stonehenge yang berasal dari Britania. Orang-orang dari peradaban-peradaban awal semacam Babilonia, Yunani, Cina, India, dan Maya juga didapati telah melakukan pengamatan yang metodologis atas langit malam. Akan tetapi meskipun memiliki sejarah yang panjang, astronomi baru dapat berkembang menjadi cabang ilmu pengetahuan modern melalui penemuan teleskop.

Cukup banyak cabang-cabang ilmu yang pernah turut disertakan sebagai bagian dari astronomi, dan apabila diperhatikan, sifat cabang-cabang ini sangat beragam: dari astrometri, pelayaran berbasis angkasa, astronomi observasional, sampai dengan penyusunan kalender dan astrologi. Meski demikian, dewasa ini astronomi profesional dianggap identik dengan astrofisika.

Pada abad ke-20, astronomi profesional terbagi menjadi dua cabang: astronomi observasional dan astronomi teoretis. Yang pertama melibatkan pengumpulan data dari pengamatan atas benda-benda langit, yang kemudian akan dianalisis menggunakan prinsip-prinsip dasar fisika. Yang kedua terpusat pada upaya pengembangan model-model komputer/analitis guna menjelaskan sifat-sifat benda-benda langit serta fenomena-fenomena alam lainnya. Adapun kedua cabang ini bersifat komplementer — astronomi teoretis berusaha untuk menerangkan hasil-hasil pengamatan astronomi observasional, dan astronomi observasional kemudian akan mencoba untuk membuktikan kesimpulan yang dibuat oleh astronomi teoretis.

Astronom-astronom amatir telah dan terus berperan penting dalam banyak penemuan-penemuan astronomis, menjadikan astronomi salah satu dari hanya sedikit ilmu pengetahuan di mana tenaga amatir masih memegang peran aktif, terutama pada penemuan dan pengamatan fenomena-fenomena sementara.
Astronomi harus dibedakan dari astrologi, yang merupakan kepercayaan bahwa nasib dan urusan manusia berhubungan dengan letak benda-benda langit seperti bintang atau rasinya. Memang betul bahwa dua bidang ini memiliki asal-usul yang sama, namun pada saat ini keduanya sangat berbeda.
»»  READMORE... Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

testing

hemm,,posting pertama,,ayo d coba,,oekwoke..
hmmm..
»»  READMORE... Read More..
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

ENGGO YUANMIZESFI
facebook.com